Pembinaan Akhlak Mulia/Tembang Kinanthi
Salah satu pembinaan akhlak bagi kaum muda antara lain terdapat pada buku Wulangreh, Tembang Kinanthi. Terjemahan bebas Tembang Kinanthi sbb:
Pelajarilah dan latihlah batinmu, agar mampu menangkap isyarat-isyarat Ilahi, jangan selalu makan dan tidur berlebihan, carilah kajayaan hidup, kuatkanlah tekad dan niatmu, kurangilah makan dan tidur (Bait pertama).
Biasakan hidup prihatin, dengan cara berpuasa dan sering berjaga (tidak tidur), dan jauhi hidup bersenang-senang, hiduplah yang wajar, orang yang hidup suka berlebih-lebihan (mewah, megah) akan mengurangi kewaspadaan batin.(Bait kedua).
Kepada para pemimpin Sunan Pakubuwana IV mengajarkan:
Apabila sudah menjadi pemimpin, jangan sombong, jangan bergaul dengan orang jelek, orang yang jelek akhlaknya (orang jahat), bisa menyeretmu ke perbuatan jahat, sebab sifat buruk (orang jahat) akan bisa menular ke pribadimu (Bait ketiga).
Walaupun orang berkedudukan rendah, jika berakhlak mulia, dan kaya ilmu luhur, ilmu yang memiliki teladan baik, itu pantas engkau dekati, agar budi pekertimu lebih kaya (Bait keempat).
Kepada kaum muda Sunan Pakubuwana IV mengajarkan:
Pekerjaan baik itu, mudah jika sudah dilakukan, sulit jika belum dilaksanakan, dan malas untuk dilaksanakan, tetapi itu kerjakanlah, demi kemanfaatan dirimu sendiri (Bait ketujuh).
Bagi kaum muda, di zaman ini, andhap asor (rendah diri) dibuang, bersifat tinggi hati, suka omong kosong tanpa nilai, kementhus, lengus, kumaki ( Bait kedelapan).
Lu lu gua gua (dialek Betawi), bertabiat kasar suka menganiaya, itulah tanda orang berakhlak buruk, mereka menjauhi pergaulan orang-orang berakhlak, tak mau mendengar nasehat orang tua, yang berisi contoh-contoh baik atau buruk (Bait kesembilan).
Kepustakaan Jawa zaman dulu yang berisi filsafat dan pembinaan budi pekerti (akhlak mulia) banyak sekali. Di antaranya:
A. Kitab-kitab Jawa kuna golongan tua: Candrakirana, Ramayana, Sang Hyang Kamahayanikan, Brahmandapurana, Agastyaparwa, Utarakanda, dsb.
B. Kitan-kitab Jawa kuna yang bertembang kakawin: Arjunawiwaha, Krenayana, Sumanasantaka, Bhomakwaya, Bharatayuddha, Hariwangsa, Smaradahana, dsb
C. Kitab-kitab Jawa kuna tergolong baru: Nagarakretagama, Arjunawijaya, Sutasoma, Nitisastra, Purusada-santa, Parthayadnya, dsb.
D. Kitab-kitab Bahasa Jawa Tengahan dalam bentuk proza: Tantu Panggelaran, Calon Araag, Tantri Kamandaka, Pararaton, dsb.
E. Kitab-kitab syair bahasa Jawa Tengahan berbentuk kakawin: Dewaruci, Sudamala, Kidung Subrata, Panji Angreni, Sri Tanjung, dsb.
F. Kitab-kitab Zaman Islam: Suluk Sukarsa, Kodja-djadjahan, Suluk Wujil, Suluk Malang Sumirang, Nitisruti, Manikmaya, dsb.
G. Kitab-kitab zaman Surakarta awal: Mintaraga atau Arjuna Wiwaha (disadur Pakubuwana III), Serat Rama, Bharayuda, Panitisastra, Babad Giyanti, Wicara Keras dsb (disadur Jasadipura I dan Jasadipura II dan bentuk puisi), Wulangreh, Wulang Sunu (dikarang oleh Pakubuwana IV), Ardjunasasrabau (puisi), Sugriwa-Subali, Sembadra Larung, Srikandi Meguru Manah (disadur dan dibangun oleh Kiyai Sindusastra/juru tulis Pakubuwana IV), Bale Sigala-gala, Djagalabilawa, Semar Djantur (disadur/dibangun oleh Arya Kusumadilaga), Serat Canthini (karya Pakubawana V), Wedhatama (karya Mangkunegara IV), Kalatidha (karya R Ng Ranggawarsita).
Oleh sebab itu secara teori, orang Jawa seharusnya berbudi luhur, mengingat orang Jawa banyak memiliki banyak warisan ilmu filsafat dan ilmu budi luhur (pembinaan akhlak mulia) dari para pendahulunya. Jika saat ini banyak orang Jawa yang tidak bersikap andap asor, patutlah disebut wong Jawa sing wis ilang Jawane (Eyang Kung/Sumber: Drs. Sutardjo, M. Hum/UNS Surakarta)***
Karikatur/Hak Cipta: Waloejo DS, Depok
Salah satu pembinaan akhlak bagi kaum muda antara lain terdapat pada buku Wulangreh, Tembang Kinanthi. Terjemahan bebas Tembang Kinanthi sbb:
Pelajarilah dan latihlah batinmu, agar mampu menangkap isyarat-isyarat Ilahi, jangan selalu makan dan tidur berlebihan, carilah kajayaan hidup, kuatkanlah tekad dan niatmu, kurangilah makan dan tidur (Bait pertama).
Biasakan hidup prihatin, dengan cara berpuasa dan sering berjaga (tidak tidur), dan jauhi hidup bersenang-senang, hiduplah yang wajar, orang yang hidup suka berlebih-lebihan (mewah, megah) akan mengurangi kewaspadaan batin.(Bait kedua).
Kepada para pemimpin Sunan Pakubuwana IV mengajarkan:
Apabila sudah menjadi pemimpin, jangan sombong, jangan bergaul dengan orang jelek, orang yang jelek akhlaknya (orang jahat), bisa menyeretmu ke perbuatan jahat, sebab sifat buruk (orang jahat) akan bisa menular ke pribadimu (Bait ketiga).
Walaupun orang berkedudukan rendah, jika berakhlak mulia, dan kaya ilmu luhur, ilmu yang memiliki teladan baik, itu pantas engkau dekati, agar budi pekertimu lebih kaya (Bait keempat).
Kepada kaum muda Sunan Pakubuwana IV mengajarkan:
Pekerjaan baik itu, mudah jika sudah dilakukan, sulit jika belum dilaksanakan, dan malas untuk dilaksanakan, tetapi itu kerjakanlah, demi kemanfaatan dirimu sendiri (Bait ketujuh).
Bagi kaum muda, di zaman ini, andhap asor (rendah diri) dibuang, bersifat tinggi hati, suka omong kosong tanpa nilai, kementhus, lengus, kumaki ( Bait kedelapan).
Lu lu gua gua (dialek Betawi), bertabiat kasar suka menganiaya, itulah tanda orang berakhlak buruk, mereka menjauhi pergaulan orang-orang berakhlak, tak mau mendengar nasehat orang tua, yang berisi contoh-contoh baik atau buruk (Bait kesembilan).
Kepustakaan Jawa zaman dulu yang berisi filsafat dan pembinaan budi pekerti (akhlak mulia) banyak sekali. Di antaranya:
A. Kitab-kitab Jawa kuna golongan tua: Candrakirana, Ramayana, Sang Hyang Kamahayanikan, Brahmandapurana, Agastyaparwa, Utarakanda, dsb.
B. Kitan-kitab Jawa kuna yang bertembang kakawin: Arjunawiwaha, Krenayana, Sumanasantaka, Bhomakwaya, Bharatayuddha, Hariwangsa, Smaradahana, dsb
C. Kitab-kitab Jawa kuna tergolong baru: Nagarakretagama, Arjunawijaya, Sutasoma, Nitisastra, Purusada-santa, Parthayadnya, dsb.
D. Kitab-kitab Bahasa Jawa Tengahan dalam bentuk proza: Tantu Panggelaran, Calon Araag, Tantri Kamandaka, Pararaton, dsb.
E. Kitab-kitab syair bahasa Jawa Tengahan berbentuk kakawin: Dewaruci, Sudamala, Kidung Subrata, Panji Angreni, Sri Tanjung, dsb.
F. Kitab-kitab Zaman Islam: Suluk Sukarsa, Kodja-djadjahan, Suluk Wujil, Suluk Malang Sumirang, Nitisruti, Manikmaya, dsb.
G. Kitab-kitab zaman Surakarta awal: Mintaraga atau Arjuna Wiwaha (disadur Pakubuwana III), Serat Rama, Bharayuda, Panitisastra, Babad Giyanti, Wicara Keras dsb (disadur Jasadipura I dan Jasadipura II dan bentuk puisi), Wulangreh, Wulang Sunu (dikarang oleh Pakubuwana IV), Ardjunasasrabau (puisi), Sugriwa-Subali, Sembadra Larung, Srikandi Meguru Manah (disadur dan dibangun oleh Kiyai Sindusastra/juru tulis Pakubuwana IV), Bale Sigala-gala, Djagalabilawa, Semar Djantur (disadur/dibangun oleh Arya Kusumadilaga), Serat Canthini (karya Pakubawana V), Wedhatama (karya Mangkunegara IV), Kalatidha (karya R Ng Ranggawarsita).
Oleh sebab itu secara teori, orang Jawa seharusnya berbudi luhur, mengingat orang Jawa banyak memiliki banyak warisan ilmu filsafat dan ilmu budi luhur (pembinaan akhlak mulia) dari para pendahulunya. Jika saat ini banyak orang Jawa yang tidak bersikap andap asor, patutlah disebut wong Jawa sing wis ilang Jawane (Eyang Kung/Sumber: Drs. Sutardjo, M. Hum/UNS Surakarta)***
Karikatur/Hak Cipta: Waloejo DS, Depok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar