Selasa, 16 Juni 2009

Andhap Asor


Andhap asor artinya rendah hati, tetapi bukan rendah diri. Lawan rendah hati adalah tinggi hati, congkak, sombong dan sebagainya. Budaya Jawa mengajarkan agar orang selalu bersikap rendah hati. Sikap rendah hati tercermin dalam aksara Jawa, ha na ca ra ka da ta sa wa la pa da ja ya nya. Abjad Jawa tersebut ditulis tidak di atas garis, tetapi ditulis di bawah garis.
Perasaan orang Jawa terlihat pada sifat aji, ngajeni, hormat, kepada orang yang lebih tinggi usianya atau lebih tinggi kedudukannya. Bahkan sifat hormat tersebut bisa meningkat ke sifat kagum untuk suatu hubungan orang Jawa tertentu.
Zaman dulu sifat andap asor amat dianjurkan kepada kaum muda di kalangan kraton, baik kepada para pangeran (anak raja), sentana dalem (keturunan raja), dan para abdi dalem (punggawa, pegawai kraton). Ketika kerajaan Sukartahadingrat di pimpin oleh Ingkang Sinuwun Kanjeng Sunan Pakubuwana IV (1788 – 1820 M), beliau menulis sejumlah buku panduan untuk character building, pembinaan budi pekerti, atau pendidikan akhlak bagi masyarakat umum dan bagi kaum muda. Salah satu buku untuk pembinaan budi pekerti tersebut berjudul Wulangreh.
Wulangreh adalah buku kumpulan sekar atau tembang khusus berisi ajaran hidup mulia. Dalam buku tersebut berisi tembang (macapat) Dandanggula, Kinanthi, Gambuh, Pangkur, Maskumambang, Duduk Wuluh, Durma, Wirangrong, dan Pocung. Kata Wulangreh berarti “pelajaran (wulang) cara memerintah (reh); untuk memerintah orang lain (sebagai pejabat atau penguasa) dan memerintah (jiwa, batin) diri sendiri. Pembinaan akhlak lewat tembang (lagu) diharapkan untuk menarik siapa saja yang mendengarnya.
Pada zaman itu pembinaan akhlak atau budi pekerti di kalangan para pemimpin dan para calon pemimpin mendapat prioritas utama. Sebab raja berpendapat untuk membangun negeri dan rakyatnya agar tercapai suasana aman sejahtera, yang pertama dan utama adalah membangun akhlak para pemimpin dan seluruh warganya. Pembangunan sarana dan prasarana hidup yang baik dan menelan banyak biaya, tak bakal berguna jika para pemimpin dan para kawulanya berakhlak rendah atau buruk (Eyang Kung)***

1 komentar: