Selasa, 16 Juni 2009

POLITIK DAN KEBUDAYAAN


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam posisinya sebagai Capres RI 2009-2014, ketika berdialog dengan para seniman dan budayawan di Jakarta akhir Mei 2009, dituntut -- jika Presiden SBY terpilih menjadi Presiden RI 2009-2014 -- dirinya agar menghidupkan lagi Departemen Kebudayaan atau Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Salah seorang budayawan menegaskan, pembangunan kebudayaan adalah amat penting dan strategis. Kebudayaan adalah sumber dari semua aktivitas suatu masyarakat. Selama ini seni-budaya terasa terpinggirkan. Padahal, kebudayaan adalah induknya politik, ekonomi, sosial, dll-nya. Selama ini kebudayaan dijadikan bagian dari politik. Seharusnya, potitik, ekonomi, dll-nya adalah bagian dari kebudayaan.
Apa itu “kebudayaan?” Masing-masing budayawan memiliki pengertian yang agak berbeda, walaupun intinya hampir sama. Definisi “kebudayaan” banyak, lebih dari 150 definisi. Kata “kebudayaan” berasal dari Yunani, “colore” atau “culture”. Dalam bahasa Inggris disebut “culture”. Jika kata “culture” identik dengan kata “kebudayaan” maka kata civilisation identik dengan kata peradaban.
Di Eropa, peradaban mencakup kebudayaan. Di Jerman istilah civilization diartikan sebagai peradaban lahir, misalnya tata-pergaulan yang halus atau beradab, teknik dan organisasi masyarakat yang berderajat tinggi, dan sistem hukum yang teratur baik. Sedang kebudayaan (culture) merupakan peradaban batin, misalnya kehalusan budi, keluhuran ilmu batin, ketinggian ilmu pengetahuan dan keindahan seni yang tinggi dan beradab.
Kebudayaan merupakan proses, kerangka acuan manusia dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Etos atau semangat kebudayaan seseorang akan terpancar pada perilakunya atau wataknya yang khas. Dan tentu saja, perilaku atau watak tersebut harus bernilai luhur.
Kesimpulannya, kebudayaan seharusnya menjadi panglima, menjadi pondasi kebijakan politik, ekonomi, dll-nya, bukan sebaliknya, yaitu jangan politik menjadi panglima, menjadi dasar kebijakan politik, ekonomi, dll-nya … Itu menurut pandangan para seniman dan budayawan.
Di manakah inti sari kebudayaan bangsa Indonesia berada? Jawabnya: di Pancasila. Itulah falsafah, way of life, dan inti sari kebudayaan bangsa Indonesia. Jadi sudah benar, jika Pancasila dijadikan sumber hukum dan sumber semua kebijakan nasional bangsa Indonesia. Bangsa ini carut-marut karena telah meninggalkan falsafah Pancasila.
Sebagian bangsa ini yang berperilaku bringas dan suka tawuran akibat pembinaan dan pembangunan seni-budaya telah kita abaikan?
Lalu apa hubungannya dengan budaya jawa yang menjadi visi-misi Blog Budaya Jawa On Line ini? Baca posting di Blog ini yang berjudul Budaya Jawi Keraton Surakarta.
Apa komentar Anda? (Om Wid/Buku Acuan: Kajian Budaya Jawa/Drs. Imam Suradjo, M.Hum/UNS Surakarta)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar